Allah adalah Setia. Ia setia pada janji-janji-Nya, terutama janji keselamatan bagi umat manusia. Kesetiaan Tuhan bagi manusia merupakan bukti cinta kasih-Nya sebagai pencipta dan penyelemat. Abram (Abraham) memiliki keyakinan akan janji Allah bagi dirinya dan keturunannya. Ia diberi berkat keturunan, tanah, negeri yang luas oleh Allah.
Dalam masa Prapaskah, kita diundang untuk mengalami kemuliaan Tuhan di dalam sikap tobat yang sejati. Kemuliaan Tuhan selalu membuat orang merasakan damai, aman dan sejahtera. Namun untuk mencapai kemuliaan, kita dituntut untuk setia dan teguh mengalami Salib. Sebab di ketinggian saliblah terpancar kemuliaan Allah.Yesus adalah Kristus, Mesias yang menderita. Kemuliaan-Nya di dalam Salib.
Semoga perayaan ini membawa kita kepada kemuliaan Tuhan di Tabor, meneguhkan jalan kita menuju Yerusalem yakni sengsara wafat dan kebangkitan.
Dari Tabor Menuju Yerusalem
(The Transfiguration of Jesus)
Hari Minggu Prapaskah II
Kej 15:5-12.17-18 Filipi 3:17 – 4:1 Lukas 9:28b-36
Tranfigurasi Yesus:
Transfigurasi; berasal dari akar kata trans artinya diseberang dan figura (bentuk) – perubahan bentuk atau penampilan. “Ketika Yesus sedang berdoa, wajah Yesus berubah, dan pakaiannya menjadi putih berkilau-kilauan”. Peristiwa ini terjadi setelah enam hari (versi Lukas), delapan hari setelah Yesus (versi Markus) menubuatkan tentang rahasia kematian Anak Manusia. Peristiwa ini disaksikan oleh ketiga orang rasul yakni; Petrus, Yakobus dan Yohanes di sebuah gunung yang menurut tradisi disebut sebagai Gunung Tabor (meskipun Injil tidak menyebutkannya secara jelas).
Di atas gunung hadir Musa dan Elia; di sini memuat representasi Hukum dan Nabi. Musa adalah pemberi hukum Taurat dan Elia dianggap sebagai nabi terbesar (ada nabi besar- nabi kecil). Keduanya berbicara tentang tujuan kepergiaan Yesus yang akan digenapinya di Yerusalem. Kata kepergiaan-Nya di (bukan ke) Yerusalem (exodus – keluaran) secara halus untuk menyatakan kematian. Mesias itu akan menjadi mesias yang menderita. Mesias yang menderita itu akan masuk ke dalam kemuliaan-Nya.
Kisah ini berlanjut dengan keterpesonaan ketiga Rasul akan kemuliaan Tuhan di atas gunung itu hingga memunculkan logika Petrus untuk mendirikan kemah. [Guru Betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan sekrang tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia]. Petrus melupakan inti pesan bahwa Yesus harus melewati penderitaan-Nya di Yerusalem. Tidak benar jika Petrus menyarankan untuk mendirikan kemah; yang bermaksud untuk membangun ketetapan, kediaman. Jelas saran Petrus bertentangan dengan penyampaian dari Elia dan Musa. Yeus harus berjalan dari Tabor menuju Yerusalem, dari kemuliaan menuju kepada penderitaan. Mesias harus turun dari Gunung Kemuliaan dn menempuh jalan sukar ke Yerusalem di mana IA akan menderita dan mati. Yesus harus melanjutkan ziarahnya sampai tuntas – selesai.
Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa transfigurasi bertujuan untuk memperkuat iman para rasul untuk mengantisipasi sengsara-Nya; pendakian ke gunung tinggi mempersiapkan pendakian ke Kalvari. Kesengsaraan Kristus mengandung harapan Kemuliaan (bdk KGK 568).
Tranfigurasi adalah kesempatan Yesus melibatkan para rasul untuk mengalami keistimewaan surgawi, dengan maksud sementara bukan permanen. Transfigurasi; puncak penetapan Yesus sebagai anak Allah, yang dipilih dan ditetapkan untuk penebusan dan penyelamatan manusia. Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia [ayat 35]. Manusia dituntut untuk mendengarkan-Nya. Mendengarkan Tuhan – sikap iman yang di dalamnya memuat kesiapan untuk menaati dan menghidupi Sabda_Perkataan Tuhan.
Kemuliaan Semu
Sebagai Gereja yang membangun persekutuaan umat Allah, yang bermisi di tengah dunia, kita mempunyai saat-saat istimewa untuk mengalami kemuliaan Tuhan. Mengalami kemuliaan Tuhan paling istimewa terjadi di dalam Ekaristi. Mengalami kemuliaan di dalam Salib Kristus. (Ada pengampunan – Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat). Mengalami kemuliaan Tuhan di dalam setiap tantangan, kesulitan, kejatuhan dan keterpurukan hidup kita. Kemuliaan Tuhan selalu membuat kita merasakan kedamaian, ketenangan, kelegaan, ketakjuban, dan kesejahteraan.
Namun, tidak bisa dihindari jika dunia sekarang dilanda kemuliaan semu atau glorifikasi. Kemuliaan semu - sesuatu yang tampak selalu menyenangkan tubuh bukan jiwa, bersifat sementara. Sesuatu yang keliru diagung-agungkan, ada gangguan mental. Sesuatu yang selalu dikejar tetapi tidak digengam. Sesuatu yang pudar nyalanya. Atau dalam bahasa Santo Paulus kepada Jemaat di Filipi; Kemuliaan kita adalah aib mereka (bergosip - puas membicarakan kejelekan – bahagia menghina kesuksesan orang lain), juga di dalamnya ketidaksadaran akan keberdosaan, ketidaksadaran akan kerapuhan, ketidaksadaran akan kesombongan. Tuhan mereka ialah perut mereka; perut dalam kitab suci berarti kepuasan – napsu, keserakahan dan juga kelemahan. Pikiran mereka selelu tertuju kepada perkara duniawi. Hendaknya pikiran kita di arahkan kepada perkara surgawi – perkara yang di atas – yakni keselamatan jiwa dan kebahagiaan kekal.
Transformasi
Peristiwa transfigurasi Yesus haruslah membawa transformasi (ada perbedaan signifikan antara transfigurasi dan transformasi). Transformasi berarti perubahan bentuk - di dalamnya juga terangkum perubahan perilaku, sikap hidup. Pertama, Transformasi Iman. Perubahan yang pertama adalah dari keraguaan kepada keyakinan teguh bahwa Allah selalu menepati janjinya, bahwa Allah setia menuntun hidup manusia kepada tujuaan. Abraham dalam ketidaktahuaan - berani keluar dari Ur- Kasdim ke tanah yang dijanjikan olah Tuhan. Perjalanan Abraham, hanya karena percaya bahwa Tuhan menepati janji-Nya. Ia mendapatkan keturunan yang banyak, tanah terjanji. Kedua, transformasi pendidikan. Pendidikan bertujuan meraih kemandirian. Kemandirian berpikir. Kemandirian membaca. Kemandirian bekerja. Kemandirian belajar. Kemandirian berdoa. Kemandirian Mengajar dan mendidik. Transformasi pendidikan harus terjadi dari kemalasan menjadi kerajinan. Dari keterlambatan menjadi disiplin. Dari kekacauan-keributan menjadi ketertiban. (ini bukan soal anak didik tetapi pendidik). Ketiga, Transformasi Lingkungan: sembarang membuang sampah – buang sampah pada tempatnya. Merusak lingkungan – pemulihan kehidupan.
Kiranya
transfigurasi Yesus memantapkan iman kita akan kemuliaan Salib yang membawa
penebusan dan keselamatan. Kita selalu bergerak bersama Yesus dari kemuliaan
Tabor menuju Yerusalem. Dari penderitaan di Kalvari menuju kemuliaan salib dan
Kebangkitan serta kenaikan Yesus. Jalan kemuliaan dan kemenangan adalah jalan
salib. Kiranya, kita pun yang mengalami Kemuliaan di dalam Ekaristi ini dibentuk,
diubah untuk setia dan teguh dalam menghadapi kenyataan iman di dunia ini.
Jangan membangun kemuliaan semu lalu kehilangan kemuliaan sejati di dalam
Tuhan. Selamat mengalami kemuliaan Tuhan – selamat bertransformasi. Semoga
kemuliaan Tuhan tinggal padamu sekarang dan selama-lamanya. Amin (Rd.Ian Ck)
0 comments:
Posting Komentar