Dalam Injil kita kenal beberapa rasul –murid yang terzolimi; misalnya Yudas si
Pengkhianat, Petrus si Penyangkal, Zakheus si Pendek, Maria Magdalena, Si Pelacur
yang bertobat, DAN Thomas si Peragu.
Story Intro
Kemarin
setelah Paskah saya bertemu beberapa orang di dunia ini. Mereka menceriterakan
pengalaman paskah khususnya dalam ibadat Jalan Salib. “Romo, Jalan Salib
kemarin bagus sekali”, ujar seorang bapak. “Syukur dan terima kasih. Ambei ikut jalan salib kah?. Jalan
Salib Hai, anak Romo. Saya dengar anak-anak dong cerita bilang bagus jalan
salib tahun ini. Katuas fiar oa sia kan cerita kah? Fiar ew, anak Romo. Berbahagialah Bapak yang tidak Ikut jalan
Salib tapi mendengar cerita, yang tidak melihat namun percaya.
Ada tiga pokok
permenungan saya;
Thomas
si Peragu yang Percaya
Pada perayaan Minggu Paskah
kemarin, saya menguraikan gerakan kasih para murid Yesus yaitu; berlari; melihat dan percaya. Untuk
memahami sikap iman Thomas, penting untuk menjelaskan hubungan melihat dan percaya. Saya melihat maka
saya percaya – atau Saya tahu maka saya
percaya, saya percaya maka saya tahu.
Pada hari
Minggu Kerahiman ini kita diajak pula untuk bermenung dan belajar dari sikap
Iman Tomas. Injil menceriterakan Thomas (Didimus) sebagai Rasul yang percaya
setelah ragu-ragu. Sebelum menjadi murid Yesus, ia adalah seorang nelayan yang
tidak memiliki perahu seperti halnya Petrus dan Andreas alias ABK
(Anak Buah Kapal). Mungkin ini
pula yang bisa menjadikan dia sangat hati-hati – pesimistik dan cepat menyangka
akan terjadi sesuatu hal buruk. Saya memberi pandangan yang berbeda dari kisah
Thomas hari ini yakni;
Thomas adalah
rasul yang independen dalam pemikiran
Ketika Tuhan
menampakkan diri kepada murid yang lain, Thomas tidak ada bersama mereka,
sehingga ketika mereka menceriterakan pengalaman penampakan Tuhan; “Kami Telah Melihat Tuhan”, ia spontan
menunjukkan sikap KERAGUAN dengan maksud hendak memastikan kebenaran ke bangkitan
dan penampakan Tuhan. “Hau musti kare
kane fitar besi baku fatik, no hau koko ba kanek iha Yesus liman no sorin, foin
hau fiar kaak, Nia Moris nikar tian.
“Sebelum Aku melihat bekas paku pada
tangannya dan mencucukkan jariku pada lambung-Nya, sekali-kali aku tidak
percaya”.
Saya teringat
akan kuliah pengantar filsafat – awal mula lahirnya pengetahuan adalah keraguan
(skeptisisme) – perntanyaan – melahirkan jawaban – jawaban melahirkan pertanyaan
sampai pada tahap kesimpulan.
Keraguan tidak mengantar Thomas kepada Kebodohan – Kepicikan, justru
memberikan perspektif kebangkitan untuk menjadikan dirinya Saksi
dan Pewarta Injil yang setia. Hal ini dinyatakannya dalam pengakuan
Imannya; Ya Tuhanku dan ALLAH-ku. Ia
yang tidak melihat , kemudian percaya. Percaya berarti mengakui ; Ama ne haukan Ulun; Ama hau kan Maromak. Yesus
katakan demikian; Tomas, o fiar tan o
mare modi matan duuk, mais sotir liu tenik bodik ema mak fiar, masik sia la
nare Ha’u nodi matan duuk. Kita adalah orang-rang yang tidak meihat tapi percaya.
Memelihara
Damai Sejahtera - Kmanek no Dame.
Orang-orang
Kristen biasanya pada hari minggu
mengucapkan Selamat Hari Minggu. Tuhan memberkati. God Bless You atau. Hari ini
kita mendengarkan salam dari Tuhan yang bangkit; Damai Sejahtera bagi Kamu.
Berkat
(barokah- barekh), memuji, mengucap syukur dan memberkati. Ada SELAMAT di setiap pagi,
siang dan malam, di setiap Senin –Minggu. Damai Sejahtera – (Syallom) hendak
menjelaskan keselamatan jiwa raga (keselamatan mendalam dan menyeluruh) sebagai
anugerah Tuhan yang bangkit – Allah senantiasa dan selalu hadir bersama manusia.
Yesus yang
bangkit tidak saja memberikan salam damai tetapi menghembuskan Roh – supaya
para murid menjadi pewarta yang berani. Syallom inilah yang kita renungkan di
dalam ekaristi pada bagian DOA Damai. Pax
Domini sit semper vobiscum – (Yoh. 20:12).
Pertambahan
Jumlah Pengikut Kristus – Yang percaya kepada
Kebangkitan Kristus.
Dalam Bacaan
II – Kis 5:12-16, diceriterakan pertambahan jumlah Pengikut Kristus oleh karena
warta kebangkitan yang dibawakan oleh para rasul.
Jumlah pengikut
Kristus – Jumlah Umat Katolik dunia, 1,33 Milliar jiwa (2020), Katolik Indonesia,
8,42 Juta (3,09%) dari total penduduk 272,23 juta jiwa; Keuskupan Atambu
300ribuan jiwa, Umat di Paroki Webriamata (2021) 1636 Kepala Keluarga – 9000-an
Jiwa. Berdasarkan data statistic tentu selalu ada peningkatan jumlah pemeluk
Agama Katolik.
Secara
kuantitas – Kita adalah pemeluk Agama Katolik Mayoritas di Malaka. Namun apakah
ini bisa membuktikan kualitas iman kita? Saya melihat adanya kemajuaan
sekaligus kemerosotan kualitas iman. Kemajuaan Iman – sensus fidei (citarasa
iman) – Yesus Yes, Gereja Yes. Namun
tidak bisa dielak bahwa ada kemunduran dengan beberapa alasan mendasar di
antaranya;
1.
Digitalisasi Iman – Iman Melayani
Digital.
Dunia
dibungkus rapi dalam dimensi emoticon (sekali klik). Kemanusiaan dan kebajikan
hidup serta Sensus Fidei diabaikan – disingkirkan. Dunia ini “lihat dulu baru percaya”, Klik dulu
bertemu kemudian, VC dulu baru yakin]. Manusia lebih percaya – kukun tur dari pada kehadiran Tuhan
dalam Sakramen. Manusia lebih percaya omongan ketua suku daripada Sabda Tuhan.
MAKA…..
Tantangan pewarta bukan seja meyakinkan orang beragama lain akan kebangkitan Kristus – Tetapi meyakinkan domba-domba-Nya bahwa rumput di dalam Gereja Katolik memang segar dan menggemukkan. Lebih dari itu selanjutnya, meyakinkan bahwa Yesus Kristus adalah Alfa dan Omega, Awal dan Akhir, . “Jangan Takut ! aku adalah yang Awal dan yang Akhir, Aku adalah yang hidup, aku telah mati dan lihatlah, Aku hidup sampai selama-lamanya.
2.
Bermain di
Zona “Jangan Terlalu”
Salah satu sebab
berkurangnya jumlah pengikut Kristus adalah adanya kelompok orang yang suka
bermain di zona JANGAN Terlalu. “Melihat
tetangga atau teman rajin berdoa ia berkomentar: “Jangan terlalu kudus” (jangTEKU),
lihat teman rajin ke gereja di
bilang; jangan terlalu rajin; buat biasa sa – jang telalu lebe-lebe (jangTELE).
Dia yang hanya komentar; Jang telalu komentar; (JangTEKO)
Kita memang bermain
di zona abu – abu. Zona yang lebih
buruk dari keraguan Thomas. Zona yang tidak bisa dijadikan batu loncatan iman.
Zona abu-abu; yang bisa menjadikan orang menjadi terlalu nekat atau sebaliknya
jadi pengecut. Thomas berani mengatakan sikap imannya dan berani mengakui; Ya TuhanKu dan Allahku. Sedangkan
banyak di antara kita yang bermain dalam Iman
yang abu- abu – tidak jelas; biasa-biasa saja. Melihat tapi tidak percaya,
apalagi tidak melihat.
Sebagai
penutup; izinkan saya mengutip puisi berjudul Pemeluk Agama karya Joko Pinurbo. Puisi yang
menggambarkan apakah kita pemeluk Agama sejati atau bukan.
Pemeluk Agama
Tuhan
bertanya kepadaku,
hamba-Nya
yang serius ini,
"Halo,
kamu seorang pemeluk agama?"
"Sungguh,
saya pemeluk teguh, Tuhan."
"Lho,
Teguh si tukang bakso itu
hidupnya
lebih oke dari kamu,
nggak
perlu kamu peluk-peluk.
Benar
kamu pemeluk agama?"
"Sungguh,
saya pemeluk agama, Tuhan."
"Tapi
Aku lihat kamu nggak pernah
memeluk.
Kamu malah menyegel,
membakar,
merusak, menjual
agama.
Teguh si tukang bakso itu
malah
sudah pandai memeluk.
Benar
kamu seorang pemeluk?"
"Sungguh,
saya belum memeluk, Tuhan."
Tuhan
memelukku dan berkata,
"Doamu
tak akan cukup. Pergilah
dan
wartakanlah pelukan-Ku.
Agama
sedang kedinginan dan kesepian.
Dia
merindukan pelukanmu.