Kita baru saja berarak dengan pujian dan sorak sorai. Sebagai manusia ciptaan, tugas kita adalah memuji karya baik, indah, benar dan istimewa Pencipta. Yesus berkata: Kalo ema ne sia taka ibun, fatuk sia bak tonu naboot Maromak (bdk Luk. 14:40).
Menghindari Pujian Semu dan Pujian Berlebihan
Pujian sorak sorai kepada Allah tidak di bangun diatas kesemuan melainkan karena kesadaran pasti akan Allah sebagai pencipta dan penyelamat. Tonu haboot maromak mak nabesi an kaer ukun iha lalean mak as kaliuk (ayt.39). Menghindari Pujian semu. Pujian semu artinya, kata-kata sangat menyanjung tetapi hati sungguh membatu (dekil). Konkritnya di dalam kerumunan orang Israel di Yerusalem, yang berteriak Hosana Putera Daud, lalu dengan cepat berbalik berteriak Salibkanlah Dia, Dia Menghujat Allah, Dia pantas dihukum mati. Pujian semu – mengandung penolakan, penyangkalan, pengkhianatan dan bahkan pada titik paling ekstrim adalah pembunuhan. Konkretnya; bisa disaksikan di dalam diri anda; Mama sayang tercantik di dunia, tetapi di balik pujian itu ada kecantikan lain yang bapak sembunyikan.
Kisah Sengsara – Kesaksian Iman
Keempat Injil menampilkan Kisah sengsara Yesus, mulai dari perjamuan bersama, pengkhianatan, penyaliban, wafat dam kebangkitan. Kisah sengsara adalah peristiwa Jumat Agung, peristiwa puncak gunung. Dengan memasuki Yerusalem, Yesus memanggil kita untuk mengandalkan penglihatan iman, menjaga mata jiwa agar tetap tertuju pada kemuliaan Kristus di salib. Di atas puncak kalvari, Allah Bapa mengorbankan Anak-Nya, Maria mengorbankan putera-Nya, dan Yesus mengorbankan seluruh diri-Nya; Tubuh darah jiwa dan keilahian. Beberapa Murid Yesus dan tinggal bersama Yesus di puncak itu.
Mengapa kisah sengsara ini ditulis begitu panjang? Bukankah kematian seperti itu harus diringkas agar tidak memalukan? Ini tentu bukan sekedar laporan, bukan adegan dalam sebuah sinetron, bukan suatu risalah sandiwara, melainkan suatu kesaksian iman untuk menyadarkan kita akan kasih setia – solidaritas Allah bagi kemanusiaan manusia yang merosot akibat dosa (Tindakan penebusan oleh dari dan melalui Allah).
Tuhan mengambil jalan Salib untuk meninggikan manusia yang direndahkan oleh karena ketamakan – kesombongan, permusuhan, iri hati dan sebagainya. Di sinilah kita mengalami betapa dalam, betapa luas, betap tinggi dan besarnya cinta Allah kepada Manusia. Betapa besar kasih-Nya kepada dunia sehingga ia rela menyerahkan putera-Nya yang tunggal sebagai kurban tebusan dosa (bdk Yoh. 3:8). Cinta Allah selalu bergerak untuk menjumpai, merangkul, memeluk dan mengangkatnya ke tingkat yang lebih tinggi. Pesan kisah sengsara; jalan kesetiaan menuju kemenangan salib.
Inilah juga kisah hidup kita manusia; diliputi pengalaman dan peristiwa kejatuhan, penolakan, pembiaran – pengabaian, ada pengkhianatan dan pembunuhan (mental dan fisik).
Inilah Tubuhku – Inilah Darahku
Yesus sebelum menderita ia merayakan perjamuan cinta yang agung dengan kedua belas rasul. Ia bertindak sebagai Imam Kurban – memberikan dirinya, hidupnya sebagai makanan dan minuman yang memuaskan ras lapar dan melegakan dahaga. “Tubi ne’e haukan isin mah Ha’u atu klatanbodik emi hotu-hotu. Anggur ween ne’e, hau kan ran mak atu nakduar bodik emi” (Luk 22;17,20)
Inilah Tubuhku-inilah darah ku adalah bukti cinta yang berkurban; bukan sekedar janji manis. Ini adalah kepastian bukan kesangsian. Inilah cinta sejati - yang memberi, cinta yang berkorban dan cinta sampai selesai bukan cinta yang merampas, merampok, mengambil alih.
Ekaristi; perayaan cinta Tuhan yang merasuki hidup manusia dengan diri-Nya. Bukan dengan darah binatang – atau kurban bakaran lain. Tetapi darah – kurban diri Putra Allah yang sangat mahal. Ketika Top ada satu bapa bilang bgini; Frater, hau fiit tua ulun sura loron ne mos hau misa ew. Hau jawab, woii ketuas ne o memu diabu nia kan ran.
Jika Ekaristi begitu kaya, mahal, penting, mengapa kita mengabaikan? Apakah kita layak disebut sebagai manusia (pribadi) ekaristis?
Salib, Kematian dan Kebangkitan Yesus
Ada tiga kalimat yang Lukas pakai untuk menunjukkan kemaha-agungan Yesus, sebagai Anak Allah di jalan Salib-Nya.
1. Bapa Ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. (Lukas 23:34) Ringkasan tema doa dan pengampunan yang diajarkan yesus kepada para murid-Nya dan juga kepada kita
2. Sesungguhnya hari ini juga engkau bersama-sama dengan Aku di dalam firdaus (Lukas 23:43).
3. Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku (Lukas 23:46).
Yesus menerima penderitaan dan wafat-Nya secara mulia. Ia percaya Bapa, selalu ada bersama-Nya, menemani-Nya. Maka jalan Salib-Nya adalah jalan kesembuhan, jalan kemenangan, jalan kemuliaan, jalan Keselamatan dan kehidupan.
Paus Fransiskus – Tidak ada negosiasi dengan salib; orang bisa memeluknya atau menolaknya; Yesus membuka bagi kita jalan iman dan mendahului kita di jalan itu. Jalan Salib (Via Crucis) kita di era ini adalah – mencintai, berdoa, mengampuni, memerhatikan di dalam satu lingkungan digital. Salib Kristus merupakan mahkota umat Kristiani (Crux Christi Corona Christianorum) – Maka konsekuensinya: Cruci dum spiro fido ( Aku percaya pada salib selagi aku masih hidup).
Anekdot penutup
Seorang Romo Muda
ditanyai oleh seorang pemuda yang baru selesai studi: Pemuda; Bapak
Romo, kalau Pilatus hidup sekarang, apakah ia terkena Virus Corona? Romo menjawab pemudi itu katanya;
Bro,
Pilatus pasti luput dari Virus Corona, karena ia rajin mencuci tangan. Pemudi terus
bertanya; Lalu, mengapa kerumunan orang yang berteriak itu justru terinfeksi
positif virus Corona? Romo
yang bijak Itu menjawab; Tentu saja kerumunan itu positif Corona
karena air hasil cuci tangan Pilatus disiramkan kepada mereka. Lalu, apakah kerumunan orang itu akan di isolasi
mandiri? Pastor menjawab; tidak, mereka justru sedang bersama berpikir
bagaimana menyalibkan Yesus sekali lagi. (Rd. Christian Kali, Pr)
Tuhan Memberkati.
Terbaik...